Kamis, 21 April 2011

Pulp Capping


Perforasi traumatic dari pulpa dapat terjadi dengan dua cara, melalui benturan pada gigi atau terbenturnya gigi oleh alat secara tak sengaja pada preparasi kavitas. Luka pulpa harus dibersihkan dari kotoran dan perdarahan dihentikan dengan kapas steril atau paper point yang diletakkan pada luka. Bila luka kering, bahan pulp capping harus diletakkan di atas daerah perforasi. Tindakan ini harus diikuti dengan basis zinc okside-eugenol dan restorasi permanen (Haskell dkk, 1978).
Bahan yang paling sering digunakan untuk pulp capping mengandung kalsium hidroksid (Zander, 1939; Stanley dan Lundy, 1972). Penggunaan kalsium hidroksid yang tepat menghasilkan keberhasilan 75% (Tronstad, 1974; Pitt Ford, 1980), walaupun beberapa bahan serupa tidak berhasil (Pitt Ford, 1980).
Pada situasi yang menguntungkan, pulpa member respons dengan membentuk dentin reparative di balik daerah perforasi untuk membuat jembatan dentin. Pada penggunaan bahan yang paling tepat, jembatan ini terbentuk di dekat bahan capping, tetapi dengan bahan kalsium hidroksid sendiri, jembatan terbentuk jauh dari bahan capping (Tronstad, 1974). Jembatan dentin tidak dibentuk oleh kalsium dari bahan pulp capping (Attalla dan Noujaim, 1969).
Pentingnya mencegah kontaminasi bakteri pada saat perforasi perlu diperhatikan ( Paterson, 1974), namun Cox dkk (1982) menunjukkan bahwa kontaminasi dalam periode 24 jam tidak mempengaruhi keadaan pulpa. Sebaliknya, tingkat keberhasilan pada gigi yang terkontaminasidengan ludah selama 7 hari lebih rendah. Besar perforasi juga diperkirakan mempengaruhi hasil, walaupun Pitt Ford (1979) tidak menemukan bukti yang mendukung perkiraan ini.
Keberhasilan jangka panjang dari pulp capping cukup baik (McWalter, El Kafrawy dan Mitchell, 1976; Haskell dkk, 1978); namun Cox dkk (1985) menemukan tingkatan yang lebih rendah pada pemeriksaan histology. Mereka berpendapat bahwa hal ini disebabkan oleh penetrasi bakteri sekitar restorasi dan melalui jembatan dentin yang tidak sempurna sehingga menimbulkan radang pulpa. Mereka menganjurkan bahwa bahan pul capping harus dilapisi dengan basis; zinc okside eugenol tampaknya paling tepat dan terbukti memperbaiki kualitas jembatan dentin (Langer, Ulmansky dan Sela, 1970).
Semen zinc okside eugenol adalah bahan pulp capping yang kurang baik (Glass dan Zander, 1949), ini disebabkan oleh sifat iritasinya pada konsentrasilebih dari 10 -3 (Hume, 1988). Namun bila bahan ini terpisah dari pulpa melalui lapisan dentin yang utuh, konsentrasi eugenol pada odontoblas cukup rendah untuk mencegah terjadinya kerusakan pulpa permanen.
Preparat yang mengandung antibiotic dan steroid seperti Ledermix diperkenalkan untuk pulp capping dengan dasar bahwa antibiotic akan membunuh mikroorganisme dan steroid mengurangi radang pulpa sehingga mengurangi rasa sakit. Paterson (1976) menunjukkan bahwa bahan tersebut tidak membentuk jembatan dentin tetapi pulpa mengalami nekrosis yang makin meluas. Tingkat keberhasilan yang paling tinggi dapat diperoleh dengan bahan hidroksid. Preparat steroid-antibiotik digunakan sebagai bahan dressing paliatif sebelum melakukan perawatan saluran akar pada gigi perforasi karena karies.
Fraktur dan pulpa
Fraktur yang mengenai pulpa dapat dirawat secara konservatif bila dilakukan perawatan cukup dini. Asalkan perawatan dilakukan dalam waktu 2 hari, pulpa masih tetap hidup (Heide dan Mjor, 1983). Pulp capping adalah metode perawatan yang dipilih pada saat terjadinya kecelakaan, sedangkan pulpotomi lebih tepat bila dilakukan setelah 2 hari kemudian (Heide dan Kerekes, 1986).
Pulp capping
Pulpa capping didefinisikan (British Standards Institution, 1983) sebagai aplikasi dari satu atau beberapa lapis bahan pelindung di atas pulpa vital yang terbuka.
Pulp capping tidak langsung
Istilah ini digunakan untuk menunjukkan penempatan dressing adhesive di atas sisa dentin karies yang sudah mengeras dalam usaha mempercepat pembentukan dentin sekunder dalam kamar pulpa (Shovelton, 19720).
Pada kunjungan pertama, semua lesi karies lunak dihilangkan dengan ekskavator yang tajam atau bur berkecepatan rendah, dan outline kavitas yang dibuat. Daerah dentin di dekat daerah bakal perforasi pulpa ditutup dengan selapis bahan yang mengandung kalsium hidroksida, misalnya Dycal, dan kavitas ditutup dengan semen zinc okside eugenol yang cepat mengeras, misalnya Kalzinol. Setelah sekurang-kurangnya 6 minggu, gigi dapat dibuka dan pada kasus yang berhasil akan terlihat dentin sekunder pada aspek pulpa, sisa dentin yang karies dapat dihilangkan tanpa adanya resiko perforasi pulpa. Riwayat rasa sakit rekuren selama periode perawatan merupakan kontra indikasi dari cara perawatan ini, dan untuk itu perlu dilakukan tindakan yang lebih menyeluruh. Walaupun pulp capping tidak langsung dapat berhasil pada kasus tertentu, diperkirakan kecepatan penyebaran radang dalam kamar pulpa gigi susu yang karies, ditambah dengan ketidak pastian diagnose, akan membuat indikasi penggunaan cara ini terbatas.
Pulp capping langsung
Menunjukkan bahwa bahan sedasi diaplikasikan langsung ke jaringan pilpa. Teknik ini sebaiknya digunakan untuk perawatan perforasi pulpa yang kecil, bersih, traumatic dengan tingkat keberhasilan 75%, yang ditemukan pada salah satu penelitian (Jeppesen, 1971). Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi dengan saliva; dressing kalsium bidroksida dapat dipasang di dekat pulpa dan selapis semen zinc oksid eugenol dapat diletakkan di seluruh lantai pulpa dan dibiarkan mengeras, untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi direstorasi dengan amalgam.

1. Pulp Capping
             Pulp Capping didefinisikan sebagai aplikasi dari satu atau beberapa lapis bahan pelindung di atas pulpa vital yang terbuka. Bahan yang biasa digunakan untuk pulp capping ini adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang pembentukan dentin sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain. Tujuan pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindarkan. Teknik pulp capping ini ada dua yaitu indirect pulp capping dan direct pulp capping.

1.1 Indirect Pulp Capping
             Istilah ini digunakan untuk menunjukan penempatan bahan adhesif di atas sisa dentin karies. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi kavitas dengan bor bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi sampai dasar pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin tanpa membuka kamar pulpa. Basis pelindung pulpa yang biasa dipakai yaitu zinc okside eugenol atau dapat juga dipakai kalsium hidroksida yang diletakan di dasar kavitas. Apabila pulpa tidak lagi mendapat iritasi dari lesi karies diharapkan jaringan pulpa akan bereaksi secara fisiologis terhadap lapisan pelindung dengan membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi. Biasanya atap kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini terjadi maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau tindakan yang lebih radikal lagi yaitu amputasi pulpa (pulpotomi).

1.2 Direct Pulp Capping
             Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa bahan diaplikasikan langsung ke jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh saliva, kalsium hidroksida dapat ditempatkan di dekat pulpa dan selapis semen zinc okside eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lantai pulpa dan biarkan mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi di restorasi. Pulpa diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan
lebih baik jika membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa disekitar daerah terbuka tersebut harus vital dan dapat terjadi proses perbaikan.
Langkah-langkah Pulp Capping :
1. Siapkan peralatan dan bahan.
Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang steril.
2. Isolasi gigi.
Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat menggunakan kapas dan saliva ejector, jaga posisinya selama perawatan.
3. Preparasi kavitas.
Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai kedalaman 1,5 mm (yaitu kirakira 0,5 mm ke dalam dentin. Pertahankan bor pada kedalaman kavitas dan dengan hentakan intermitten gerakan bor melalui fisur pada permukaan oklusal.
4. Ekskavasi karies yang dalam
Dengan perlahan-lahan buang karies dengan ekskavator, mula-mula dengan menghilangkan karies tepi kemudian berlanjut ke arah pulpa. Jika pulpa vital dan bagian yang terbuka tidak lebih besar diameternya dari ujung jarum maka dapat dilakukan pulp capping.
5. Berikan kalsium hidroksida.
Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian kavitas yang dalam termasuk pulpa yang terbuka dengan pasta kalsium hidroksida.



              Pulp capping berasal dari pulp tutup nama yang berarti mencoba mensterilkan daerah gigi yang rusak dan juga sebagai salah satu dapat, diikuti dengan menghentikan pendarahan dan menempatkan hak mengisi bahan di atasnya. Berjaga-jaga adalah bahwa gigi yang sudah abscessed tidak boleh pulp-capped - ini dilakukan untuk mereka yang gigi mana saraf kesal namun masih hidup dan cukup sehat untuk memperbaiki diri diberi kesempatan untuk melakukannya. Pulp capping memberinya kesempatan dengan keluar bagian membusuk dan bakteri kemudian menempatkan bersih saus di atasnya dengan pengisian

             Setelah menghilangkan jaringan terluka gigi dari gigi membusukkan gigi atau tulang, langkah berikutnya adalah biasanya pengajuan rongga dengan bahan memulihkan cocok. Ketika jaringan pulpa terekspos karena mendapat terkontaminasi oleh bakteri dan sebagian besar ini adalah kondisi yang menjamin klinisi untuk melakukan pulp capping.
Ketika melakukan prosedur ini, derajat nyeri dan ukuran eksposur pulpa dianggap.

              Prosedur ini secara tradisional dilakukan dengan menggunakan formulasi kalsium hidroksida yang mempunyai efek bakterisida; telah menunjukkan bahwa jembatan ini dentinal bukan segel berkelanjutan sehingga memungkinkan bakteri kebocoran melalui gigi. Langsung pulp capping dengan resin perekat pada pulp terbuka telah disarankan pada kondisi yang marjinal mikro-kebocoran dicegah sehingga untuk memulihkan gigi; persidangan di monyet-monyet dan primata lain menunjukkan bahwa sistem perekat dan resin komposit secara alami kompatibel dengan jaringan pulpa ketika benar ditempatkan pada bagian terbuka setelah pendarahan dikontrol dengan baik.

              Tingkat pendarahan adalah tanda proyeksi tentang apa yang mungkin terjadi pada gigi tertutup, sistem perekat setelah itu menggunakannya menyebabkan pulpa dan tanggapan yang berbeda-beda kebocoran. Gaya etsa menggunakan asam fosfat pada konsentrasi 30% paling digunakan selama proses restorasi.

              Penelitian saat ini merekomendasikan penggunaan perekat bukan kalsium hidroksida tradisional pada langsung pulp capping. Klinis menempatkan, memperlakukan mode ini terbatas pada pulp terpapar kurang dari 2mm di diameter.
(http://www.drchetan.com/pulp-capping.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar